contact
Test Drive Blog
twitter
rss feed
blog entries
log in

Thursday 8 April 2010

Manusia hidup di dunia memang telah mempunyai kodrat yang telah ditentukan, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi untuk menjalani kehidupan. Di antara kebutuhan-kebutuhan manusia yaitu naluri, akal, dan kebutuhan jasmani. Dan naluri itu masih terbagi lagi dalam suatu sub yaitu naluri sex, naluri mempertahankan diri, dan naluri beragama. salah satu dari naluri yang dimiliki manusia itu sendiri adalah naluri akan sifat sexualitas yang mendorong timbulnya suatu perasaan yang menimbulkan hawa nafsu. Namun hawa nafsu ini seringkali lepas kendali yang menyebabkan timbulnya sebuah perilaku yang menyimpang dari nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku pada masyarakat seperti Pornografi, pornoaksi dan pelecehan seksual bahkan pemerkosaan.Pornografi/ pornoaksi itu sendiri merupakan suatu sikap yang timbul akibat dari adanya dorongan naluri sexual seseorang untuk melakukan suatu kegiatan yang dimana seseorang tidak dapat menahan naluri sexualnya sehingga untuk memenuhi naluri sexualnya mereka melakukan kegiatan yang menyimpang dari nilai dan norma seperti ditampilkan bagian tubuh yang privat dari seseorang untuk dilihat atau di konsumsi khalayak luas atau bahkan melakukan suatu hubungan intim sebelum menikah.
Pornografi ini menimbulkan adanya pendeskriditan terhadap wanita karena Sebagian besar asumsi masyarakat yang menilai bahwa yang di maksudkan dalam objek pornografi adalah wanita, asumsi ini di buktikan dan dipertegas dengan adanya aksi nyata dengan adanya tayangan-tayangan yang menggunakan wanita sebagai objeknya contohnya iklan sabun dan iklan-iklan seperti yang ada di media cetak dengan menggunakan foto-foto wanita seksi untuk menarik minat masyarakat untuk produk tertentu, Dalam hal ini wanita dijadikan sebagai komoditas.
Kemajuan teknologipun sangat mempengaruhi dan mempertegas hadirnya asumsi masyarkat yang menyatakan bahwa pornografi itu identik dengan wanita. Hal ini dengan memanfaatkan media seperti internet dan yang lain sebagainya yang memblow up untuk meyakinkan masyarakat bahwa yang dimaksud dengan pornografi dan pornoaksi itu adalah sebuah perilaku yang dilakukan oleh wanita yang kurang baik dengan memperlihatkan bagian-bagian tubuh yang privat untuk di konsumsi secara umum oleh masyarakat luas, misalnya dengan contoh maraknya foto-foto wanita yang mengenakan pakai minim bahkan tidak menenakan pakaian sama sekali yang ditampilkan di situs-situs dan blog, kita jarang sekali menemukan adanya situs yang memperlihatkan adegan syur yang ditampilkan berupa laki-laki tanpa busana. Inilah salah satu strategi yang dimanfaatkan kaum kapitalis untuk mempengaruhi masyarakat untuk mengkonsumsi hal-hal yang bersifat pornografi untuk menarik konsumen. Karena dari pornografi ini bisa mendapatkan keuntungan yang sangat besar, yang mengorbankan harga diri seorang wanita.



Pandangan masyarakat yang menilai bahwa pornografi itu memojokan wanita memang merupakan opini global karena hal ini diperbesar oleh media-media yang ada khususnya media masa yang menampilkan wanita-wanita sexy yang di pasang sebagai iklan yang menjual keindahan-keindahan tubuh wanita tersebut dan mengapa wanita yang dijadikan sebagai objek ? Mungkin hal ini dikarenakan wanita mempunyai bentuk tubuh yang mempunyai daya tarik naluri sexual pria secara tidak langsung sebab wanita mempunyyai batasan-batasan aurat yang sangat rapat di bandingkan dengan pria yang mempunyai daya pikat hanya dari bentuk badannya yang besar dan dapat dilihat secara kasat mata,
Arus utama (paradigma) berpikir masyarakat saat ini memang sangat terpengaruh oleh Kapitalisme; paham yang menganggap bahwa kehidupan tidak perlu diatur oleh agama, namun cukup ditentukan oleh asas manfaat. Faktanya, apa yang dianggap bermanfaat ini ditentukan secara sangat egoistik dan berwawasan pendek oleh para pelaku yang kebetulan mendominasi arena.Dalam Kapitalisme, apa saja yang bisa dijadikan komoditas/barang dagangan akan diperlakukan sebagai komoditas/barang dagangan. Andaikata air ludah itu bisa dijual, tentu akan ada bisnis di sana.
Wanita sudah dianggap sebagai "barang dagangan" sejak lama, bahkan eksploitasi wanita dalam berbagai bentuknya (dari pamer aurat hingga pelacuran) sering disebut sebagai bisnis "tertua" di dunia. Sebutan ini dijadikan alasan seakan-akan mustahil memberantas pornografi dan pornoaksi, karena hal itu sudah menyatu dengan sejarah manusia.Bahkan sejumlah teori ilmiah dicoba dibuat oleh para psikolog Barat. Sigmund Freud, misalnya, mengatakan bahwa aktivitas seks (tanpa peduli segi halal-haramnya) adalah sumber energi, yang tanpa itu manusia tidak bisa hidup normal.
Salah satu pilar demokrasi adalah kebebasan berekspresi dan berperilaku. Dalam demokrasi yang diyakini Barat, seseorang seharusnya bebas berekspresi dan berperilaku apa saja. Batasnya hanyalah kebebasan orang lain. Kalau tidak mengganggu orang lain, mengapa harus dibatasi? Kalau ada yang keberatan dengan tayangan (porno) di TV, ya tid ak usah nonton, pindah saluran saja, atau matikan saja TV-nya. Begitu kilah mereka.
Pandangan-pandangan di atas bertemu dengan alasan ekonomi. Realitasnya, sebagian wanita "memilih" bidang "bisnis" ini karena tekanan atau tarikan ekonomi. Ketika pendidikan mahal dan lapangan kerja susah, maka eksploitasi aurat dan seks adalah jalan pintas untuk meraih uang dan materi. Aksi anti pornografi dan pornoaksi pun sering ditolak dengan alasan ekonomi, "Kalau mereka dilarang, terus siapa yang kasih makan?"
Memang, ditemukan sejumlah pemain dangdut pengumbar aurat atau pelacur pengobral syahwat yang melakukan pekerjaannya ini demi sekolah adik atau anaknya, atau demi orangtuanya yang renta, setelah suaminya tiada atau tidak berdaya; sementara penguasa yang semestinya melindungi mereka, juga tidak melakukan apa-apa.
Sepintas memang aktivitas pornografi/pornoaksi itu tidak merugikan yang tidak berkepentingan. Mereka yang bertransaksi juga melakukannya suka sama suka. Namun, ada yang dilupakan: masa depan!
Di Barat, pornografi/pornoaksi baru menjadi sangat liberal sejak ditemukan alat pencegah kehamilan pada akhir tahun 60-an. Sejak itulah orang bisa memisahkan antara tanggung jawab kehamilan dengan kenikmatan seksual. Sejak itu pula "bisnis" ini menjadi fenomena global. Namun, kini dampaknya mulai terasakan. Anak-anak, remaja, dan pemuda yang lahir di Barat pada era 70-an ke atas memiliki semangat juang atau motivasi yang lebih rendah daripada orangtua atau moyang mereka. Ada kecenderungan mereka menghindari persoalan-persoalan yang lebih rumit, semacam sains dan teknologi. Mereka juga tidak lagi begitu peduli pada persoalan politik. Dunia mereka kini adalah 3F—football, fashion, & fun—(permainan, penampilan, dan bersenang-senang).1

Pandangan ‘Hina’ Terhadap Perempuan
Dalam sejarah memang sudah terdapat pandangan-pandangan yang merendahkan wanita hal ini dapat dilihat dari doktrin-doktrin yang diterapkan pada masa lalu.
Perempuan menurut doktrin berbagai peradaban—sejak dari awalnya memang dipandang tidak lebih sebagai komoditas, alat pemuas nafsu yang diperjualbelikan secara murahan. Sebagai contoh, dalam doktrin peradaban Yunani, menurut penuturan Prof. Will Durant: Di Roma, hanya kaum lelaki saja yang memiliki hak-hak di depan hukum pada masa-masa awal negara Republik. Kaum lelaki saja yang berhak membeli, memiliki, atau menjual sesuatu, atau membuat perjanjian bisnis. Bahkan mas kawin istrinya—pada masa-masa tersebut—menjadi miliknya pribadi….Proses kelahiran menjadi suatu perkara yang mendebarkan di Roma. Jika anak yang dilahirkan dalam keadaan cacat atau berjenis kelamin perempuan, sang ayah diperbolehkan oleh adat untuk membunuhnya.
Bahkan para filosof Yunani sendiri pun menyamakan perempuan dengan para budak yang hina dan ‘patut’ ditindas. Aristoteles mengatakan:
Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa menurut hukum alam, harus ada unsur yang secara alamiah memerintah dan harus ada unsur yang secara alamiah diperintah....Kekuasaan orang-orang yang bebas terhadap para budak adalah salah satu bentuk hukum alam; demikian pula kekuasaan kaum lelaki atas kaum perempuan....
Orang-orang Yunani juga memposisikan kaum perempuan pada kasta ketiga (kasta yang paling bawah) dari masyarakat. Apabila seorang perempuan melahirkan anak yang cacat, biasanya ia akan dihukum mati. Masyarakat Sparta, yang dikenal sebagai kelom­pok elit, memberlakukan hukuman mati bagi seorang perempuan yang tidak lagi mampu mengasuh anak. Orang-orang Sparta juga biasa mengambil kaum perempuan dari suaminya untuk dihamili oleh laki-laki yang “pemberani dan perkasa” dari masyarakat lain.
Pandangan yang lebih menghinakan lagi dapat kita dapati dalam peradaban Yahudi. Kaum Yahudi ortodoks yang mempelajari ajaran klasik Yahudi akan mendapati, bahwa ada di antara ajaran dan aturan Yahudi yang menindas kaum perempuan. Talmud, sebuah kitab yang berisi aturan-aturan dalam kehidupan pribadi dan peribadatan menyatakan: Mustahil ada sebuah dunia yang tanpa keberadaan kaum lelaki dan perempuan. Namun demikian, berbahagialah orang-orang yang mempunyai anak laki-laki, dan celakalah orang-orang yang mempunyai anak perempuan.
Pandangan yang tak jauh berbeda juga dilontarkan oleh peradaban Hindu. Sebuah buku yang berisi aturan-aturan keagamaan Sansekerta kuno, Draramasastra, memuat satu bab tentang “kedudukan klan kewajiban agama kaum perempuan” atau stridharmapaddhati. Pengarang (atau lebih tepatnya penyusun) buku ini, Tryambaka, adalah seorang pandit (pendeta) ortodoks yang tinggal di Thanjavur, yang sekarang terletak di bagian selatan negara bagian Tamil Nadu, India. Aturan tentang kaum perempuan dalam buku tersebut secara umum menempatkan kaum perempuan pada golongan warga negara kelas dua. Sebagai contoh, seorang istri tidak mempunyai hak atas harta kekayaan suaminya. Harta kekayaan yang dimiliki bersama oleh suami dan istri hanya boleh dikeluarkan oleh sang suami; boleh dikeluarkan oleh istri, tetapi harus seizin suaminya. Ada tiga pesan yang dapat diambil dari buku Pandit Tryambaka ini. Pertama: seorang istri tidak perlu memperhatikan kehidupan pribadinya. Kedua: seorang istri bahkan harus rela untuk dijual apabila suaminya menghendaki. Ketiga: kepatuhan kepada suaminya harus diutamakan ketimbang kewajiban-kewajiban lainnya, termasuk kewajiban-kewajiban agama sekalipun.
Salah satu fakta yang menunjukkan bagaimana di mata Barat perempuan sangat dilecehkan adalah kasus aborsi dan Fakta lainnya yang kita bahas dalam tulisan ini adalah terhadap perempuan ialah industri pornografi. Pesatnya pertumbuhan industri pornografi sejak tahun 1950-an, sekali lagi, dipandang mencerminkan kemajuan “kesetaraan jender” di Barat. Dunia pornografi sama sekali tidak mem­pertimbangkan kaum perempuan sebagai manusia yang mempunyai perasaan dan kebutuhan, namun hanya sekadar sebagai komoditas yang layak dimanfaatkan dan segera disingkirkan apabila tak lagi dapat dijual. Kaum perempuan diyakinkan bahwa dengan menjual tubuh, mereka akan mampu meraih “keseta­raan”. Padahal kenyataannya, kaum perempuan hanya menjadi obyek kaum laki-laki yang memanfaatkan kedok “kesetaraan” untuk dapat mengeksploitasi kaum perempuan semata-mata demi kepentingan hawa nafsu mereka dan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi.
Pada tahun 1980-an, sebuah “langkah maju” dalam hal manipulasi perempuan kembali terjadi. Sheila Jeffreys, seorang feminis, menulis:
Kaum perempuan telah diberitahu oleh para pengusung ide kebebasan, bahwa karena sekarang kaum perempuan telah “setara” dengan kaum laki-laki, maka tidak ada salahnya kaum perempuan ikut menikmati pornografi. Ideologi ini justru telah menggagalkan gerakan emansipasi perempuan, bukan mendukungnya. Gagasan untuk menjual produk-produk pornografi kepada kaum perempuan sejak tahun 1980-an telah menjadi sebuah strategi yang canggih dan efektif dalam memperkuat kekuasaan kaum laki-laki. 2



Permasalahan yang memandang wanita rendah memang sudah menjadi doktrin peradaban masa silam yang menanggap perempuan hanyalah sebagai komoditi dan alat pemuas nafsu belaka yang telah mempengaruhi proses berpikir masyarakat sekarang ini. Olehkarena itu, ada yang menyimpulkan bahwa menurut hukum alam, harus ada unsur yang secara alamiah memerintah dan harus ada unsur yang secara alamiah diperintah....Kekuasaan orang-orang yang bebas terhadap para budak adalah salah satu bentuk hukum alam; demikian pula kekuasaan kaum lelaki atas kaum perempuan....
Banyak kasus yang menganggap rendah wanita seperti aborsi dan pornografi. Dalam kasus pornograf ini, pengaruh Media mempunyai peran yang cukup penting dalam pendeskreditan terhadap wanita karena salah satu bentuk yang efektif untuk mempengaruhi daya dasar pemikran seseorang adalah lewat media. Media ini dimanfaatkan oleh berbagai pihak karena membina hubungan dengan media merupakan bagian dari fungsi public relation yang tujuannya untuk mempublikasikan sekaligus memperlancar komunikasi sebuah institusi dengan publik. Dalam hal ini media massa ( baik cetak, elektronik maupun internet) memiliki kekuatan membentuk opini yang sangat efektif. media juga memegang peran dalam pemberitaan yang berefek serempak dan dramatis.3 Hal ini salah satu akibat dari sebuah sistem Kapitalis yang menjadikan wanita sebagai barang dagangan.
Untuk itu,untuk memperbaiki citra para wanita kita harus memandang wanita sebagai sosok yang diberi kehormatan dan tugas yang mulia yakni sebagai “ sekolah“ pertama bagi generasi baru dan mitra bagi suaminya, bukan sebagai komoditas ataupun lawan bagi para lelaki sebagai Hasrat seksual ataupun pamer aurat. kita harus bsa mengembalikan nilai-nilai yang mulia terhadap wanita, karena kita berada di dunia ini berasal dari seorang ibu yang beliau adalah wanita, jika tidak ada wanita mungkin kita tidak akan dapat hidup bahkan lahir di dunia ini untuk merasakan nikmatnya dunia. Untuk itu kita harus membela para kaum wania yang selama ini telah teralienasi dengan kata-kata pornografi yang selalu menunjukkan bahwa pornografi itu adalah wanita. Mulai dari sekarang marilah kita mulai hapus pandangan itu dan jangan menganggap remeh bahkan rendah wanita. Karena pada hekekatnya laki-laki dan wanita tidak berbeda karena mempunyai anggota tubuh yang sempurna dan akal yang membedakan dengan makhluk hidup yang lainnya.

0

0 comments:

Post a Comment

Links

Followers